BATUAN BEKU
Batuan
beku berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku intrusif (membeku
dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (membeku dipermukaan bumi).
Disamping itu batuan beku juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
·
Batuan beku volkanik.
Biasanya
mempunyai ukuran kristal yang relative halus, karena membeku dipermukaan atau
dekat dengan permukaan bumi.
·
Batuan beku hipabisal.
Biasanya
mempunyai Kristal-kristal yang berukuran sedang atau percampuran antara kasar
dan halus, karena membeku di dalam permukaan bumi.
·
Batuan beku plutonik.
Biasanya
mempunyai Kristal-kristal yang berukuran kasar, karena membeku jauh di dalam
permukaan bumi.
Kelompok
diatas dapat dibedakan dengan melihat ukuran kristalnya. Batuan beku volkanik
dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu, batuan volkanik instrusif, batuan beku
ekstrusif (ekplosif) yang sering disebut dengan batuan fragmental dan batuan
volkanik ekstrusif (efusif), seperti aliran lava.
Di
Indonesia batuan beku ekstrusif lebih didominasi batuan yang bertekstur fragmental
atau sering disebut batuan piroklastik yang akan dikelompokkan dengan klasifikasi
yang berbeda dengan batuan beku non fragmental.
Batuan Beku Non Fragmental
Pada
umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku instrusif ataupun aliran
lava yang tersusun atas Kristal-kristal mineral. Dalam pengamatan batuan beku
ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
·
Warna batuan
Warna
batuan beku berkatan erat dengan kompoisi mineral penyusunnya, mineral penyusun
batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna
dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai
tekstur gelasan.
Batuan
beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas
mineral-mineral felsik misalnya kwarsa, potas feldsfar, muskovit. Batuan
beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya adalah batuan beku intermediet
dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang
berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral
penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. Batuan beku berwarna hijau kelam
dan biasanya monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi
hampir seluruhnya mineral mafik.
·
Struktur batuan.
Struktur
adalah kenampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pada
batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah :
Ø
Masif.
Bila batuan pejal tanpa retakan ataupun lubang-lubang
gas.
Ø
Jointing.
Bila
batuan tampak mempunyai retakan-retakan, kenampakan ini akan mudah diamati pada
singkapan di lapangan.
Ø
Vesikuler.
Dicirikan
dengan adanya lubang-lubang gas dengan arah teratur, lubang ini terbentuk
akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung. Struktur ini dibagi lagi
menjadi yaitu :
v Skoriaan;
bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
v Pumisan;
bila lubang-lubang gas saling berhubungan
v Aliran;
bila adanya kenampakan aliran dari kristal- kristal maupun lubang-lubang gas.
v Amigdaloidal;
bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral skunder.
v
Xenolit; struktur yang memperlihatkan
adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam kedalam batuan beku.
·
Tekstur batuan beku
Tekstur
dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan atau keadaan yang erat
antara unsur-unsur mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata
dari batuan. Tekstur dalam batuan beku di bagi menjadi beberapa faktor, antara lain;
tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granulitas dan hubungan antar
butir (fabric).
Ø Tingkat
Kristalisasi.
Tingkat
kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri.
Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan
kristal pada saat melewati perubahan fase dari cair ke padat sehingga akan
terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relative
cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila
pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena
tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga
akan dihasilkan gelas.
Tingkat
kristalisasi batuan beku dapat di bagi menjadi :
v Holokristalin
.
Bila seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal
mineral.
v Hypokristalin/Hypohyalin/Merokristalin.
Bila
batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan gelas.
v Holohyalin.
Bila
seluruh batuan tersusun oleh gelas.
Ø Ukuran
Kristal.
Ø Granulitas.
Dalam batuan beku granulitas
menyangkut derajat kesamaan ukuran butir dari kristal penyusun batuan. Granulitas
pada batuan beku non fragmental dapat di bagi menjadi beberapa macam yaitu:
v Equigranular.
Disebut
equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur equigranular
di bagi menjadi :
1) Fanerik granular
Bila
kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang dan berukuran seragam. Kristal
fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran :
-
Halus, apabila ukuran diameter
rata-rata kristal individu @ 1 mm.
-
Sedang,
apabila ukuran diameterkristal-kristal antara 1 mm – 5 mm.
-
Kasar,
apabila ukurannya berkisar antara 5 mm – 30 mm.
-
Sangat
kasar apabila ukurannya A 30 mm.
2) Afanitik.
Apabila ukuran kristal-kristal mineral sangat
halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang
bertekstur afanitik dapat tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Selain
itu dikenal pula istilah Mikrokristalin dan Kriptokristalin.
Disebut mikrokristalin apabila kristal
individu dapat dikenal/dilihat dengan menggunakan mikroskop, sedangkan Kriptokristalin
apabila tidak dapat dikenal dengan mikroskop.
v Inequigranular.
Disebut memiliki tekstur inequigranular
apabila ukuran kristal pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
1) faneroporfiritik.
Bila kristal mineral yang besar (fenokris)
dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal
dengan mata telanjang.
2)
Pirfiroafanitik
Bila fenokris dikelilingi
oleh massa dasar yang afanitik.
3) gelasan
(glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur
gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.
Ø Bentuk Butir.
Untuk Kristal-kristal yang mempunyai ukuran
cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat
memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk
batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi :
v Euhedral
; yaitu apabila bentuk kristal
sempurna dan dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang jelas.
v Subhedral ; yaitu apabila bentuk kristal
tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi bidang-bidang kristal.
v Anhedral ; yaitu apabila bidang batas kristal
tidak jelas.
Ø Komposisi Mineral.
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku
dapat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu:
v Kelompok Granit – Riolit : berasal dari magma
yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas
Na, kadang terdapat hornblende biotit muskovit dalam jumlah kecil.
v Kelompok Diorit – andesit; berasal dari magma
yang bersifat intermediet, terutama tersusun atas mineral-mineral
plagioklas, hornblende, piroksen dan kuarsa biotit ortoklas dalam jumlah kecil.
v kelompok
Gabro – Basalt; tersusun dari magma asal yang bersifat basa dan terdiri dari
mineral-mineral olivine plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.
v kelompok
Ultra basa; terutama tersusun oleh olivine, piroksen. Mineral lain yang mungkin
adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.
BATUAN SEDIMEN
Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan
batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia organisme, yang
diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami
pembatuan.
·
Tekstur
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi
batuan sedimen klastik dan nonnkalstik. Batuan sedimen klastik adalah batuan
sedimen terbetuk dari material-material hasil perombakan batuan yang telah ada
sebelumnya. Batuan sedimen nonklastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
material-material hasil aktivitas kimia (termasuk biokimia). Dari kedua macam
batuan sedimen tersebut dikenal tekstur klastik dan nonklastik.
Ø Tekstur klastik
Semua
batuan sedimen klastik mempunyai tekstur klastik. Yang perlu diperhatikan pada
batuan tersebut adalah ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir
dipakai klasifikasi ukuran butir dari wentworth sebagai berikut :
Ø Tekstur
nonklastik
Semua
batuan nonklastik mempunyai tekstur nonklastik. Ciri khas dari tekstur
nonklastik adalah adanya kristal-kristal yang saling menjari, tidak ada ruang pori-pori antar butir dan
umumnya monomineralik.
Beberapa tekstur nonklastik
yang penting adalah :
Ø Amorf. Partikel-partikel umumnya berukuran lempung
atau koloid, nonkristalin. Misal : rijang masif
Ø Oolistik. Tersusun oleh kristal-kristal kecil
berbentuk bulat atau elipsoid, terkumpul seperti telur ikan, butir-butiran
berukuran 0,25 – 0,2 mm. Misal : batugamping oolit.
Ø Pisolitik. Seperti oolitik, tetapi butiran
berukuran lebih besar dari 2 mm. Misal : batugamping pisolitik.
Ø Sakaroidal. Partikel-pertikel berbutir halus,
sama besar (equigranular). Misal : batugamping sakaroidal.
Ø Kristalin. Bila tersusun oleh kristal-kristal
besar.
·
Struktur
Struktur dari batuan sedimen lebih tergantung pada hubungan antara
kelompok-kelompok sedimenter dari pada hubungan antar butir yang menentukan dan
mengontrol tekstur. Struktur batuan sedimen yang benar-benar lebih baik dipelajari
di lapangan dari pada dari contoh genggaman.
Struktur batuan sedimen dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu :
Ø Struktur fisika (mekanik), terbentuk karena
proses-proses fisika. Beberapa macam
teksturnya adalah :
v Berlapis, terlihat di lapangan sebagai
susunan yang berlapis-lapis. Bila ketebalan individu lapisan lebih besar dari 1
cm dinamakan lapisan, sedangkan bila lebih kecil dari 1 cm dinamakan laminasi.
v Bergradasi, bila butir-butiran dalam tubuh
batuan dari bawah ke atas makin halus.
v Silang siur, yaitu satu seri perlapisan yang
saling potong memotong dalam tubuh batuan sedimen.
v Masif, bila dalam tubuh batuan sedimen tidak
terlihat struktur sedimen.
Ø Struktur kimia, terbentuk karena
proses-proses kimia.
Macam-macamnya antara lain
:
v Konkreasi, bila berbentuk bulat
v Nodul, bila berbentuk tidak teratur
Ø Struktur organik, terbetuk karena aktivitas
organisme.
Contoh : struktur reef pada
batugamping
Penamaan Batuan
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan
terutama oleh ukuran butir (tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi
atau struktur. Ukuran butir dalam batua sedimen klastik bisa seragam dan bisa
tidak seragam, pada tidak seragam dikenal :
Ø Fragmen, yaitu butiran berukuran lebih besar
dai pasir.
Ø Matrik, yaitu butiran-butiran yang berukuran
lebih kecil dari fragmen dan terdapat disela-sela fragmen.
Ø Semen, yaitu material yang sanagt halus
(hanya dapat dilihat dengan mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen
umumnya terdiri dari silika, kalsit,
oksida besi atau lempung.
Penamaan batuan sedimen nonklastik lebih
ditentukan oleh komposisi mineralnya atau kimianya.
BATUAN METAMORF
Proses metamorfosisme adalah proses yang
menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena
panas dan tekanan tinggi, serta larutan kimia yang aktif. Hasil akhir dari
proses metamorfisme adalah batuan metamorf. Jadi batuan metamorf adalah batuan
yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya.
Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat berupa batuan beku, sedimen
maupun metamorf.
Ø Susunan mineral (fabrik)
Dari kenampakan tiga dimensional, fabrik
dapat dibedakan menjadi :
v Isotropik : susunan butir ke segala arah
tampak sama.
v Anisotropik : kenampakan susunan butir
mineral tidak sama ke segala arah.
Ø Tekstur
Berdasarkan ukuran butir mineralnya, dapat
dibedakan menjadi :
v Fanaretik : butiran cukup besar untuk dapat
dikenal dengan mata telanjang.
v Afanitik : butiran terlalu kecil untuk dapat
dikenal dengan mata telanjang.
Ø Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dikenal ada
tiga :
v Granular : bila butir-butiran mineral yang
berhubungan saling mengunci (inter locking).
v Foliasi : bila mineral-mineral pipih
menbentuk rangkaian permukaan subparalel.
v Lineasi : bila mineral-mineral prismatik
membentuk kenampakan penjajaran pada
batuan, seperti genggaman pensil.
Di alam, batuan yang hanya mempunyai struktur
lineasi sangat jarang, dan sebagian besar selain berlineasi juga berfoliasi.
Foliasi mungkin tidak teratur, melengkung atau terlipat bila terdeformasi.
Ø Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering digunakan
adalah berdasarkan keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi mineral
berperan sebagai tambahan. Berdasarkan
foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang :
v Berfoliasi sangat kuat; yaitu yang mudah
pecah melalui bidang foliasi, biasanya karena melimpahnya mika yang
terorientasi. Batuannya adalah :
1) “Slate” (batusabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram pada bidang foliasi. Berkomposisi utama
mineral lempung. Batusabak tampak merah bila banyak mengandung hematit, hijau
bila klorit, dan umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak grafit.
2) “Phyllite” (fillit). Bersifat afanitik,
berbutir lebih kasar dari pada batusabak, dan bidang foliasinya mengkilat
karena mika dan klorit yang sudah lebih banyak dari pada batusabak. Batu ini
merupakan peralihan dari batusabk ke skis.
3) “Schist” (skis). Bersifat faneritik, banyak
mengandung mineral pipih yang terorientasi seperti : mika, klorit, grafit,
talk.
v Berfoliasi rendah : yaitu yang berfoliasi
tetapi tidak mudah/tidak dapat pecah melalui bidang foliasi. Orientasi
mineral-mineral pipih berselingan dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang
berbutir sama besar. Batuannya antara lain :
1) Gneiss (gneis). Bersifat faneritik. Berbutir
sedang sampai kasar. Komposisinya yang utama : kwarsa, feldsfar, mika dan
kadang-kadang hornblede.
v Berfoliasi sangat lemah sampai non foliasi:
batuan didominasi oleh mineral-mineral berbentuk kubus, mineral-mineral pipih
bila ada orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya
antara lain :
2) Qurtzite (kwarsit). Komposisinya yang sangat
utama adalah kwarsa; bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran. Non
foliasi.
3) Marble (marmer). Berkomposisi utama kalsit;
warnaabu-abu (biasanya) karena grafit
(bereaksi positif dengan HCl).
4) Hornfels. Bersifat afanitik sampai faneritik
halus, berkomposisi kwarsa, feldsfar, mika (diketahui melalui pengamatan
lapangan).
5) Granofels. Bersifat faneritik kasar, non
foliasi, berkomposisi kwarsa dan feldsfar (yang berbentuk kubus).
6) Granulit. Bersifat faneritik kasar, non
foliasi, berkomposisi piroksin dan garnet disamping kwarsa dan feldsfar.
7) Serpentinite. Non foliasi sampai lineasi,
berwarna hitam, hijau sampai kuning pucat. Komposisi utamanya serpentin.
0 komentar:
Posting Komentar