Home » , » SIFAT FISIK DAN MEKANIKA BATUAN

SIFAT FISIK DAN MEKANIKA BATUAN

Posted by MINING ARCHIVE on Selasa, 14 April 2015

SIFAT FISIK BATUAN
SAMPEL
PANJANG (mm)
DIAMETER (mm)
L/D
1
2
3
RATA-RATA
1
2
3
RATA-RATA
A1
123
123.3
122.8
123.03
48
48
47
47.67
2.58
A2
122.6
123.1
122.6
122.77
45
49
48
47.33
2.59
A3
123.2
123.25
124.4
123.62
46
50
49
48.33
2.56
B1
123.5
123.8
123.2
123.50
48
48
49
48.33
2.56
B2
121.5
121.4
120
120.97
50
49
48
49.00
2.47
B3
122.4
122.2
122.8
122.47
49
48
48
48.33
2.53
C1
120
119.95
120.6
120.18
50
50
49
49.67
2.42
C2
119.7
120
120.4
120.03
49
49
50
49.33
2.43
C3
119.55
119.6
119.2
119.45
49
48
49
48.67
2.45
D1
121.3
120.9
121.1
121.10
48
50
50
49.33
2.45
D2
120
119.8
119.8
119.87
50
49
48
49.00
2.45
D3
119.8
120.6
120.1
120.17
49
48
48
48.33
2.49


UJI SIFAT FISIK BATUAN
SAMPEL
Wn
Wo
Ww
Ws
Bobot isi
berat jenis
Derajat kejenuhan (%)
n (%)
e
asli
kering
jenuh
semu
sejati
A1
545
520
596.9
294.5
1.80
1.72
1.97
1.72
2.31
32.51
25.43
0.34
A2
551.4
526.1
596.9
313.4
1.94
1.86
2.11
1.86
2.47
35.73
24.97
0.33
A3
511.4
523.3
600
305.5
1.74
1.78
2.04
1.78
2.40
-15.51
26.04
0.35
B1
553.6
525.2
593
300
1.89
1.79
2.02
1.79
2.33
41.89
23.14
0.30
B2
560
531.1
593.3
316.5
2.02
1.92
2.14
1.92
2.47
46.46
22.47
0.29
B3
552.3
521.7
593.6
292.5
1.83
1.73
1.97
1.73
2.28
42.56
23.88
0.31
C1
534.2
504
571.7
280.4
1.83
1.73
1.96
1.73
2.25
44.61
23.24
0.30
C2
540
510
580
270
1.74
1.65
1.87
1.65
2.13
42.86
22.58
0.29
C3
511.2
480
560
261.8
1.71
1.61
1.88
1.61
2.20
39.00
26.83
0.37
D1
64.7
56.2
71.7
30.7
1.58
1.37
1.75
1.37
2.20
54.84
37.80
0.61
D2
44.9
40.5
51.2
20.4
1.46
1.31
1.66
1.31
2.01
41.12
34.74
0.53
D3
42.5
36.5
46
16.7
1.45
1.25
1.57
1.25
1.84
63.16
32.42
0.48

SIFAT MEKANIK BATUAN
no
kode
f n (N)
A (cm2)
f geser (N)
σn (Pa)
Τ (Pa)
sudut geser
C (Pa)
peak
residual
peak
residual
puncak
sisa
peak
residual
1



kering



200
13.25
1700
700
15.09
128.30
52.83

72O

70O
74
12
400
13.5
2000
1200
29.63
148.15
88.89
600
14.9
2600
2000
40.27
174.50
134.23
800
13.5
3400
2400
59.26
251.85
177.78
2



natural



200
13.3
1100
400
15.04
82.71
30.08

45O

40O
68
18
400
14.4
1500
700
27.78
104.17
48.61
600
13.2
1600
900
45.45
121.21
68.18
800
13.44
1700
900
59.52
126.49
66.96
3



jenuh



200
12.15
600
300
16.46
49.38
24.69

48O

50O
34
6
400
15.45
800
900
25.89
51.78
58.25
600
13.6
1200
1000
44.12
88.24
73.53
800
14.5
1300
1100
55.17
89.66
75.86



SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN
SIFAT FISIK BATUAN
Adapun yang termasuk kedalam sifat fisik
batuan adalah sebagai berikut:
1.      Bobot Isi Asli (γn)
Merupakan perbandingan antara berat batuan asli dengan volume total batuan.
(γn) =
2.       Bobot Isi Kering (γo)
Merupakan perbandingan antara berat batuan kering dengan volume total batuan.
(γo) =

3.       Bobot Isi Jenuh (γw)
Merupakan perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume total batuan.
(γw) =

4.       Apparent Specific Gravity (GSA)
Merupakan perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot isi air.
GSA =( )/SG

5.      True Specific Gravity (GST)
Merupakan perbandingan antara bobot isi jenuh batuan dengan bobot isi air.
GST =( )/SG
6.       Kadar Air Asli (ωn)
Merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan asli dengan berat butiran
batuan dan dinyatakan dalam %.
(ωn) =

7.      Kadar Air Jenuh (ωsat)
Merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan jenuh dengan berat butiran batuan dan dinyatakan dalam %.

(ωn) =

8.      Derajat kejenuhan (S)
Merupakan perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh dan dinyatakan dalam %.
S =  X100%

9.      Porositas
Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, yang dirumuskan :

n = X100%
     Besar kecilnya porositas dipengaruhi  oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk  pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1. Berikut :
10.  Angka pori (void ratio)
Angka pori merupakan perbandingan antara volume pori dan volume butir, yang dirumuskan sebgai berikut
e =
SIFAT MEKANIK BATUAN
1.      Uji Kuat Tekan Uniaksial ( UCS )

Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat mekanik yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan (σt ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan. Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil pengujian akan didapat beberapa data seperti:

a.   Kuat Tekan Batuan (σc)
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat tekan dari contoh batuan. Harga tegangan pada saat contoh batuan hancur didefinisikan sebagai kuat tekan uniaksial batuan dan diberikan oleh hubungan :
Keterangan :
σc  = Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)
F    = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)
A   = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus arah gaya (mm)


b. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai modulus elastisitas batuan bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke daerah geologi lainnya karena adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral pembentuknya. Modulus elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel, dan kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan (Jumikis, 1979).
Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan aksial. Modul elastisitas dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
Keterangan:    
E    = Modulus elastisitas (MPa)
Δσ.    = Perubahan tegangan (MPa)
Δεa = Perubahan regangan aksial (%)
b.     Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan regangan aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral (lateral expansion) akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Sifat mekanik ini dapat ditentukan dengan persamaan:
Keterangan:
V  = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa= regangan aksial (%)
2.      Uji Kuat Tarik Tak Langsung ( Brazilian Test )
Sifat mekanik batuan yang diperoleh dari uji ini adalah kuat tarik batuan (σt).
Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kuat tarik contoh batuan di laboratorium, yaitu metode kuat tarik langsung dan metode kuat tarik tak langsung. Metode kuat tarik tak langsung merupakan uji yang paling sering digunakan. Hal ini   disebabkan uji ini lebih mudah dan murah daripada uji kuat tarik langsung. Salah satu uji kuat tarik tak langsung adalah Brazilian test.
Pada uji brazilian, kuat tarik batuan dapat ditentukan berdasarkan persamaan:
Keterangan :
σt = Kuat tarik batuan  (MPa)
F  = Gaya maksimum yang dapat ditahan batuan (KN)
D = Diameter contoh batuan (mm)
L  = Tebal batuan (mm)

3.      Uji Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik
Uji kecepatan rambat gelombang ultrasonik dilakukan untuk menentukan cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat melalui contoh batuan. Pada uji ini, waktu tempuh gelombang primer yang merambat melalui contoh batuan diukur dengan menggunakan Portable Unit Non-destructive Digital Indicated Tester (PUNDIT). Kecepatan rambat gelombang primer ditentukan melalui persamaan 2.5.
Keterangan:
L   = panjang contoh batuan yang diuji (m)
Vt= waktu tempuh gelombang ultrasonik primer (detik)
tp = cepat rambat primer atau tekan (m/detik)
4.      Pengujian Point Load ( Point Load Test )
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan ( strength ) dari percontoh batu secara tidak langsung dilapangan. Percontoh batuan dapat berbentuk silinder.
Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup ringan. Pengujian cepat, sehingga dapat diketahui kekuatan datuan dilapangan, sebelum pengujian dilaboratorium dilakukan.
Dari pengujian ini didapat :
Dimana :
Is = Point load strength index ( Index Franklin )
P = Beban maksimum sampai percontoh pecah
D = Jarak antara dua konus penekan
Hubungan antara index franklin (Is) dengan kuat tekan (σt) menurut BIENIAWSKI sebagai berikut:
σc = 18 – 23 Is untuk diameter percontoh = 50 mm. Jika Is = 1 MPa maka index tersebut tidak lagi mempunyai arti sehingga disarankan untuk menggunakan pengujian lain dalam penentuan kekuatan ( strength ) batuan.

5.      Direct Box Shear Strength Test
Hal yang perlu dicatat pada  proses ini adalah
Tegangan normal     

Tegangan geser        

Percobaan dilakukan dengan tiga sampel tanah dilakukan pecobaan seperti diatas. Nilai sudut geser dan kohesi dicari secara grafis berdasrkan hukum Coulumb:
6.      Uji triaxial
Tujuan utama uji triaksial adalah untuk menentukan kekuatan batuan padakondisi pembebanan triaksial melalui persamaan kriteria keruntuhan. Kriteria keruntuhan yang sering digunakan dalam pengolahan data uji triaksial adalah criteria Mohr-Coulomb. Hasil pengujian triaksial kemudian diplot kedalam kurva Mohr- Coulomb sehingga dapat ditentukan parameter-parameter kekuatan batuan sebagai berikut:
·         Strength envelope (kurva intrinsik)
·         Kuat geser (Shear strength)
·         Kohesi (C)
·         Sudut geser dalam (φ)

Pada pengujian triaksial, contoh batuan dimasukkan kedalam sel triaksial, diberi tekanan pemampatan (σ3), dan dibebani secara aksial (σ1), sampai runtuh.  Pada uji ini, tegangan menengah dianggap sama dengan tekanan pemampatan (σ3= σ1).


0 komentar:

Posting Komentar

.comment-content a {display: none;}